Kesenian Sintren
Kesenian Sintren di Majalengka
berkembang di daerah Ligung, yakni daerah yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Indramayu, yang dianggap sebagai daerah nenek moyang
kesenian ini, kedekatan wilayah ini menyebabkan terjadinya penetrasi
indramayu ke wilayah Ligung, yang disebabkan oleh adanya komunikasi,
sentuhan sosial, dan sekaligussentuhan budaya. Bahasa sebagainmasyarakat
Ligung yang menggunakan Bahasa Indramayu, menyebabkan sintren yang
diiringi lagu-lagu indramayuan dengan mudah diterima masyarakat
setempat. Salah satu lagu yang terkenal dalam kesenian sintren adalah Turun Sintren yang sebagian syairnya berbunyi sebagai berikut :
Turun-turun sintren
Sintrene Widhadhari
Widhadhari tumuruno
Aja suwen mindho dalem
Dalam sampun kangelan
Lagu di atas memiliki kekuatan magis yang
tinggi, sebab selain sebagai lagu pengantar, lagu ini merupakan lagu “
mantra “ yang sangat berpengaruh kepada jalanya pertunjukan sintren.
Adapun instrument/waditra-wadhitra yang dipergunakan sebagai pengiring
terdiri atas duah buah ketipung, sebagai kendang kecil, kecrek, dan dua
buah buyung/juru/klenting (wadah untuk mengabil air). (Tuty Yuhanah,
1983). Karena salh satu wadhitra yang digunakan adalah buyung, maka
sintren disebut juga Ronggeng Buyung, namun istilah ini tidak sepopuler nama sintren.
Menurut Arthur S. Nalan (2003), kata
sintren berasal dari kata SIN yang berarti sindir, dan TETAREN yang
berarti pertanyaan memlalui syair yang perlu dipikirkan dan dicari
jawabannya. Adegan yang tampak pada pertunjukan sintren adalah adanya
orang yang kesurupan (trence), yang karena adegan trence maka kata sintren digunakan.
Lagu-lagu lain yang dilantunkan dalam
kesenian sintren adalah kidung, Kembang Tareate, Gulung-gulung Klasa,
Simbar Pati, Kilar Blatar, dan lain-lain. Sebagaimana sisebutkan di muka
bahwa lagu-lagu pengiring ini memiliki kekuatan magis, sebab ada
beberapa lagu yang digunakan sebagai sarana pemujaan; selain beberapa
lagu yang merupakan pembaharuan, umpanya lagu-lagu dangdut, yang
digunakan sebagai lagu permintaan dari penonton yang akan ikut nari.
(Tuty Yuhanah).
Pertunjukan sintren diawali dengan nyala
sinar lampu tempel atau ocor, disusul dengan bunyi gamelan. Setelah
membakar dupa, seorang penari berkaca mata hitam namun berpakaian biasa
dengan tangan teikat tambang di belakang, masuk kedalam lingkaran
pertunjukan. Sementara itu para penyanyi menajikan lagu-lagu sebagai
lagu pemujaan berbahasa Indramayu yang dilakukan berulang kali.
Penari sintren yang terikat tambang tak
sadarkan diri ketika pawang membacakan mantra-mantra, dirbahkan dan
dimasukan kedalam kurungan (ranggap). Pawang membawa dupa sambil membaca
mantra, berjalan mengelilingi kurungan, diiringi gamelan dan lagu-lagu
yang terdengar dinyayikan terus-menerus.
Tbalah saatnya kurungan dbuka, ternyata
putri sintren sudah beubah, kini ia memakai pakaian cantik dan tangan
tidak terikat. Aksesoris yang dikenakan putri sintren tampak gemerlapan
karena sinar lampu, dan tentu saja, berkaca mata hitam. Sewer pun datang
berjatuhan dari penonton, sebagai ungkapan selamat kepada putri sintren
yang kini tampak cantik. Jika tubuh putri terkena lemparan sawer, maka
tubuhnya akan lemas dan terjatuh, “ makanya ketika sintren menari selalu
dikelilingi pembantu juru kawih, dan apabila terjatuh maka ia akan
dibacakan mantra-mantra agar segar kembali “ (Athur S. Nalan). Lagu yang
nyanyikan pada waktu saweran adalah lagu Ayo Ngewer-Ngewer Putren :
Ayo ngewer-ngewer putren
Sing dikewer rujake bae
Ayo nyawer-nyawer putren
Sing disawer panjoko bae
Jika penyawer sudah sepi, putri sintren berjongkok dan ditutup ranggap kembali, dengan iringan lagu Orok-orok :
Orok-orok
Banyu bangrimapar tembok
Wong nonton pada udodhok
Sintren metu salin erok
Ketika ranggap dibuka, tampak putri
sintren sudah berpakaian seperti semula, berpakaian bisasa, berkaca mata
hitam, dan tangan terikat, serta tidak sadarkan diri. Pawang membacakan
matra hingga ia tersadar. Pertunjukan berakhir diiringi lagu Ulung-ulung :
Ulung-ulung Simbar Wulung
Sing Wulungpatine layang
Ala gandrung eling-eling
Ayo si…….. (menyebut nama putri sintren)…….. pada balik.
Kesenian sintren yang ada saat ini di desa Randegan wetan Kecamatan Jatitujuh, dengan group “ Metal Budaya “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar