Kesenian Gaok
Kesenian “ Gaok “ apabila
diamati dalam cara penampilannya merupakan seni tradisional yang telah
mengalami singkritisme antara nilai-nilai budaya etnis sunda buhun dan
budaya bernuansa islam yang dibawa dari cirebon. Misalnya dapat diamati
ketika dalam pertunjukan, ternyata selalu diawali dengan bahasa sunda,
tetapi gayanya terkadang seperti orang yang sedang mengumandangkan
adzan, kemudian busana yang dikenakan para pemainnya adalah busana khas
sunda.
Seni ini mulai ada dan berkembang di
majalengka di perkirakan sejak setalah masuknya Agama Islam di wilayah
Kabupaten Majalengka yaitu sekitar abad ke 15 ketika pangeran Mehammad
berusaha menyebarkan ajaran islam, yang dilaksanakan sebagai upaya yang
dipandang strategis dalam dakwah islam. Hingga sekarang seni tradisonal
Gaok masih ada yaitu yang dikembangkan di desa Kulur Kecamatan
Majalengka oleh seorang seniman bernama Sabda Wangsaharja sejak sekitar
tahun 1920.
Kesenian tersebut termasuk seni sastra jenis “ mamacan “ (membaca tekx) atau juga disebut wawacan singkatan dari wawar ka anu acan (memberitahu
kepada yang belum mengetahui), yang disuguhkan tanpa penggung pada
acara seperti keperluan ritual atau upacara adat yang umumnya
dilaksanakan ketika “ ngayun “ (acara kelahiran bayi ) dengan cara
memaparkan cerita seperti Babad Cirebon yang dilantunkan melalui vokal
para pemain yang berjumlah antara empat hinga enam rang bahkan mungkin
lebih, dengan busana berupa kampret/ toro lengkap dengan ikat kepala,
sipimpin oleh seorang dalang/pengawawit dan juru mamaos, diatur
berdasarkan urutan; (1) tatalu; (2) lalaguan dan (3) tarian; serta (4)
pertunjukan. Adapun alat musik yang digunakan adalah (1) Gong Buyung dan
(2) Kecrek dari Bambu. Durasi pemain biasanya berlangsung semalam
suntuk. Sekarang durasinya hanya sekitar dua jam saja, dimana para
pemainnya secara bergantian melantunkan tembang dengan suarayang keras
sehingga dinamakan ‘ Gaok “ yang diambil dari kata “ ngagorowok “
(berteriak) dengan bentuk pupuh atau kakawen.
Kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan
Majalengka saat ini dipimpin oleh E. Wangsadiharja, tersebar hingga ke
beberapa desa Kecamatan Majalengka dan Cigasong. Sebelum kesenian Gaok
dimulai diadakan upacara “ susuguhan “ (memberikan sesajen kepada para
leluhur) berupa makanan dan minuman sisertai pembakaran kemenyan.
Menurut kurun waktu nya seni Gaok terbagi
dua macam, yaitu (1) Buhun yang mengisahkan zaman dahulu dan; (2) Galur
yang mengisahkan kehidupan manusia pada zaman sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar